Lilis Wahyuni Ksatria Ikam Tubabar |
Sebuah pencarian adalah proses untuk menemukan tugas penciptaan. Tak ada yang sia-sia di dunia ini. Semua makhluk punya tugas penciptaan. Tugas penciptaan manusia adalah menjadi wakil tuhan (Khilafah Allah) di dunia fana ini. Tapi, tidak semua manusia menyadari tugas penciptaan karena iblis tak pernah tinggal diam dan selalu berusaha menggagalkan manusia yang ingin menuntaskan takdir penciptaannya .(Achdiat K. Mihardja)
Dalam membangun Daerah Tutang Bawang Barat tidak dapat dilepaskan dari peranan kaum pemuda yang
lahir dari sebuah keresahan dan idealisme yang mengkristal menjadi sebuah
gerakan sosial-politik dalam menciptakan tujuan dan impian.
Sebagai pemuda asal Tulang Bawang Barat, melalui IKAM TUBABAR
Kami berharap :
1. Adanya perubahan sosial bagi masyarakat tulang bawang barat
Perubahan sosial yang mendasar bagi terciptanya daerah yang besar selalu dimulai dari kalangan muda yang mempunyai idealisme dan komitmen terhadap nilai-nilai perjuangan serta selalu resah dengan berbagai permasalahan sosial, yang dengan ikhlas berbuat demi masyarakat. ” tugas terpenting kita adalah menemukan tugas penciptaan. Tugas penciptaan menjadi khalifah Allah adalah memberikan manfaat bagi dunia sekitar dalam bentuk cipta dan karya. Mencipta dan berkarya menjadi bagian kehidupan yang sangat penting bagi kita”. Mungkin terlihat sangat marxist, tetapi itulah hidup dan kehidupan, materialisasi dari kehendak berupa amal menjadi sangat urgen dalam kehidupan. Tidak hendak menegasikan cogito ergo sum tapi rasanya tidak cukup berprinsip hanya menggunakan konsep crtesian tersebut. Hidup ini mesti ada karya, mesti ada sesuatu yang kita perbuat untuk sekitar kita.
2 2. Lahirnya
generasi muda yang berkarya
Sebagaimana
karya yang dimaksud tidak hanya sebuah karya yang keluar bagai katak yang
meloncat. Teringat langsung loncat begitu saja tanpa ada pertimbangan dan
ingatan akan hal lainnya. Karya yang muncul haruslah sebuah karya yang sesuai
dengan kondisi dan regulasi yang ada sehingga menjadi sesuatu yang
realistis tidak semata-mata menjadi materialisasi dari angan yang melambung
tinggi. Karya yang lahir dari keinginan tertinggi, berangkat dari kesadaran,
ditopang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga bisa menjadi
karya yang sempurna karena telah melalui proses yang cerdas dan dinamis.
Pada
titik inilah kemudian terjadi pertempuran yang sangat seru dan menarik ketika
mencoba untuk berkarya dan mencipta. Seperti yang di ungkap Soren Kiekergard “dimana
hidup ini mesti kita lewati dari depan sementara kita baru tahu dari belakang
nanti setelah menjalani hidup ini”.
3. Lahirnya pemuda yang mempunyai tantangan
dan harapan
Pembangunan
daerah di era globalisasi telah
menunjukkan semakin signifikannya peran teknologi dalam berkontribusi pada
peningkatan taraf kualitas hidup suatu daerah. Bahkan dapat dikatakan bahwa teknologi telah menjadi
bagian yang terpadu dalam pembangunan itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan
bahwa di era globalisasi sekarang ini telah lahir paradigma baru pembangunan daerah yakni paradigma ekonomi-teknologi
atau lazim
disebut dengan techno-economy paradigm.
Konsekuensi
logis dari globalisasi adalah tergerusnya nilai-nilai lokal yang ada dalam
sebuah masyarakat. Hal itu terjadi karena terjadinya pertalian simpul-simpul
kebudayaan yang terjadi karena pengaruh modernisasi. Sementara itu nilai-nilai
tradisional tergugat eksistensinya, agama dan moralitas pun pada akhirnya
menjadi sesuatu yang sangat jadul sehingga sikap dan prilaku mahasiswa jauh
dari nilai-nilai agama dan karakter bangsa. Melihat akan
adanya hal itu sebagai pemuda generasi penerus tulang bawang barat sudah
seyogyanya kita harus apresiasi dan juga punya talenta untuk melestarikan
nilai-nilai kebudayaan yang sudah ada
sejak nenek moyang kita.Hal yang harus kita lakuhkan adalah tetap
menjaga kebudayaan yang telah ada dengan tidak memasukan budaya luar yang akan
memudarkan budaya asli.
4. Adanya pemuda
generasi pelopor perubahan
Generasi
muda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lapisan bangsa ini yang dikenal
sebagai tulang punggung masyarakat tentu mempunyai kewajiban besar untuk
mengemban perbaikan bangsa ini. Oleh karena itu peranan mahasiswa sangat
dinanti-nantikan oleh segenap lapisan masyarakat.
Talcott Parson membagi dua dimensi peran, yaitu
kewajiban dan hak. Kewajiban adalah tanggung jawab peran yang harus, atau
diharapkan akan, dilakukan oleh seseorang. Sedangkan peran berupa respon orang
lain terhadap dilaksanakannya tindakan itu disebut hak. Konsep peran berkaitan
dengan status dalam struktur sosial (Johnson ; 1994).
Peranan
pemuda tidaklah dibatasi pada kewajiban akademis dan lingkungan kampus saja,
melainkan juga vital pada berbagai fungsi lain di lapangan. Pemuda dituntut
untuk secara kritis mampu terlibat lebih aktif dalam upaya pembangunan daerah, melalui proses belajar dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang diiringi pula dengan kerja nyata di
lingkungan. Dan pengabdian mahasiswa di bidang pembangunan masyarakat ini dapat
dimulai sejak dini melalui berbagai bentuk aplikasi karya dan bakti nyata.
Secara
prinsip, peranan pemuda senantiasa mengisi ruang kosong dalam masyarakata,
yakni berperan secara alamiah dalam kepeloporan dan kepemimpinan dalam
menggerakan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat. Kepeloporan dan
kepemimpinan tidak hanya dimaknai dalam keterlibatan pemuda dalam lingkaran
kekuasaan pemerintahan, akan tetapi sejatinya kepemimpinan menghasilkan jiwa
kepeloporan dalam melakukan perubahan masyarakat menuju yang lebih baik, meski
tidak berada dalam kekuasaan yang strategis, sehingga kepeloporan itu dapat
mengilhami masyarakat untuk termotivasi menjalani hidup dengan baik. Seperti yang terdapat
dalam sebuah kaida tasharraful
imam ‘ala raiyyatul man’uthun bi al mashalah (Kebijakan pemimpin harus
sesuai dengan kemaslahatan umat). (Rahman, 2006.
Dari keterangan diatas setidaknya menjadi sebuah
gambaran bahwa peranan terpenting bagi pemuda adalah mengisi kekosongan dalam
tubuh masyarakat, yaitu peranan dalam kepemimpinan dan kepeloporan dalam
melakukan perubahan sosial bagi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik.
Sebagaimana sya’ir dari Ali Ibn Abi Thalib yang berbunyi : “Laysal fataa, man yaquulu kaana abi, Innamal fataa man yaquulu ha
anadzaa”. Artinya : Bukan disebut seorang pemuda apabila hanya
membangga-banggakan para pendahulunya, tetapi sesungguhnya yang disebut pemuda
adalah yang berikrar untuk senantiasa berbuat yang terbaik dengan kekuatan
dirinya sendiri.
Untuk mencapai kemajuan dalam pembangunan, generasi
muda harus memiliki kesepahaman dalam melaksanakan agenda-agenda pembangunan
itu sendiri. Energi pemuda yang bersatu sangat cukup untuk mendorong
pembangunan daerah yang lebih maju. Karena kami yakin karakter generasi muda Tulang Bawang Barat memiliki kekuatan fisik,
kecerdasan dalam berfikir,
ketinggian moral dan kecepatan belajar atas peristiwa yang mendukung di bidang
pembangunan. saya sebagai mahasiswa Tulang
Bawang Barat,yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Tulang Bawang Barat(IKAM
TUBABAR) akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi pelopor,agen perubahan
serta gerasi penerus yang mampu memberikan yang terbaik untuk daerah Tulang
Bawang Barat yang lebih maju dan semoga apa yang saya berikan nantinya akan
bermanfaat dan dapat dirasakan bagi elemen-elemen masyarakat Tulang Bawang
Barat. Pada akhirnya melalui tulisan kecil ini begitu besar harapan untuk kita
semua, sebagai generasi muda Tulang Bawang Barat kita
tumbuhkan kembali semangat untuk berperan serta dalam pembangunan daerah Tulang Bawang Barat sehingga
mencapai pembangunan yang lebih maju dan sejahtera. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk Tulang Bawang Barat yang lebih baik...
Tidak
ada yang tak mungkin, apabila kita mau bekerja dan melakuhkanya.. karna allah
slalu bersama orang-orang yang mau melangkah untuk kebaikan.Apabila usaha kita
besar pasti akan di bayar mahal sama allah SWT.. Allah tidak akan pernah ingkar
janji..
IKAM
TUBABAR BISA....